Pengecoran adalah suatu proses manufaktur yang menggunakan
logam cair dan cetakan untuk menghasilkan parts dengan bentuk yang
mendekati bentuk geometri akhir produk jadi. Logam cair akan dituangkan
atau ditekan ke dalam cetakan yang memiliki rongga sesuai dengan bentuk
yang diinginkan. Setelah logam cair memenuhi rongga dan kembali ke
bentuk padat, selanjutnya cetakan disingkirkan dan hasil cor dapat
digunakan untuk proses sekunder. Pasir hijau untuk pengecoran digunakan
sekitar 75 percent dari 23 million tons coran yang diproduksi dalam USA
setiap tahunnya.
Untuk menghasilkan tuangan yang berkualitas maka diperlukan pola yang
berkualitas tinggi, baik dari segi konstruksi, dimensi, material pola,
dan kelengkapan lainnya. Pola digunakan untuk memproduksi cetakan. Pada
umumnya, dalam proses pembuatan cetakan, pasir cetak diletakkan di
sekitar pola yang dibatasi rangka cetak kemudian pasir dipadatkan dengan
cara ditumbuk sampai kepadatan tertentu. Pada lain kasus terdapat pula
cetakan yang mengeras/menjadi padat sendiri karena reaksi kimia dari
perekat pasir tersebut. Pada umumnya cetakan dibagi menjadi dua bagian
yaitu bagian atas dan bagian bawah sehingga setelah pembuatan cetakan
selesai pola akan dapat dicabut dengan mudah dari cetakan.
Inti dibuat secara terpisah dari cetakan, dalam kasus ini inti dibuat
dari pasir kuarsa yang dicampur dengan Airkaca (Water Glass / Natrium
Silikat), dari campuran pasir tersebut dimasukan kedalam kotak inti,
kemudian direaksikan dengan gas CO2 sehingga menjadi padat dan keras.
Inti diseting pada cetakan. Kemudian cetakan diasembling dan diklem.
Sembari cetakan dibuat dan diasembling, bahan-bahan logam seperti
ingot, scrap, dan bahan paduan, dilebur di bagian peleburan. Setelah
logam cair dan homogen maka logam cair tersebut dituang ke dalam
cetakan. Setelah itu ditunggu hingga cairan logam tersebut membeku
karena proses pendinginan. Setelah cairan membeku, cetakan dibongkar.
Pasir cetak, inti, dan benda tuang dipisahkan. Pasir cetak bekas masuk
ke instalasi daur ulang, inti bekas dibuang, dan benda tuang diberikan
ke bagian fethling untuk dibersihkan dari kotoran dan dilakukan
pemotongan terhadap sistem saluran pada benda tersebut. Setelah fethling
selesai apabila benda perlu perlakuan panas maka diproses di bagian
perlakuan panas.
Proses pengecoran sendiri dibedakan menjadi dua macam, yaitu traditional casting dan non-traditional/contemporary casting.
Teknik traditional terdiri atas :
1. Sand-Mold Casting
2. Dry-Sand Casting
3. Shell-Mold Casting
4. Full-Mold Casting
5. Cement-Mold Casting
6. Vacuum-Mold Casting
Sedangkan teknik non-traditional terbagi atas : k 1. High-Pressure Die Casting
2. Permanent-Mold Casting
3. Centrifugal Casting
4. Plaster-Mold Casting
5. Investment Casting
6. Solid-Ceramic Casting
Perbedaan secara mendasar di antara keduanya adalah bahwa
contemporary casting tidak bergantung pada pasir dalam pembuatan
cetakannya. Perbedaan lainnya adalah bahwa contemporary casting biasanya
digunakan untuk menghasilkan produk dengan geometri yang kecil relatif
dibandingkan bila menggunakan traditional casting. Hasil coran
non-traditional casting juga tidak memerlukan proses tambahan untuk
penyelesaian permukaan.
Jenis logam yang kebanyakan digunakan di dalam proses pengecoran
adalah logam besi bersama-sama dengan aluminium, kuningan, perak, dan
beberapa material non logam lainnya.
PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT TEKNIK PENGECORAN LOGAM KUNINGAN SEBAGAI KONTEN PENCIPTAAN GAME INTERAKTIF
DEDE RAHMAT – 27107028
ABSTRAK
Sekolah menengah kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan yang bertujuan untuk menciptakan lulusan atau tenaga menengah profesional di bidangnya masing-masing. Beberapa kelompok program keahlian telah diselenggarakan di Indonesia, seperti kelompok seni dan kerajinan dan kelompok diluar itu, seperti kelompok teknik, manajemen, pariwisata, tata boga dan sebagainya. Kelompok seni dan kerajinan menyelenggarakan program keahlian untuk seni musik, seni tari, seni karawitan, seni teater dan sebagainya, sedangkan untuk kelompok seni rupa terbagi menjadi program keahlian seni rupa, kriya logam, kriya kayu, kriya tekstil, kriya kulit dan kriya keramik. Beberapa kompetensi telah diprogramkan untuk dipelajari di sekolah menengah kejuruan (SMK) kelompok seni dan kerajinan yang disesuaikan dengan program keahlian masing-masing. Salah satunya adalah program keahlian kriya logam yang bertujuan membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan, dan sikap agar kompeten dalam mendesain produk kriya logam untuk benda hias dan perhiasan serta melaksanakan proses pekerjaan produk kriya logam berdasarkan urutan kerja tiap kompetensi dan melaksanakan quality control untuk hasil produk kriya logam untuk benda hias dan perhiasan.
Adanya tuntutan untuk melaksanakan belajar tuntas (mastery learning) pada suatu kompetensi mendorong guru untuk berusaha meningkatkan metode dalam penyampaian materi pembelajarannya, agar daya serap materi oleh siswa dapat ditingkatkan. Dari sekian banyak materi kompetensi yang diajarkan, salah satunya adalah kompetensi pengecoran logam yang memerlukan pengembangan dalam penyampaian materinya, khususnya materi pengetahuan bahan dan alat pengecoran logam agar siswa dapat mengenal lebih jauh tentang kompetensi ini, sehingga siswa paham betul akan kompetensi yang dipelajarinya. Salah satu upaya yang dikembangkan adalah dengan memberikan metode demonstrasi seperti game interaktif pada kompetensi pengecoran logam.
Keberadaan game saat ini sangat disukai kalangan anak-anak dan remaja termasuk siswa sekolah menengah kejuruan, untuk itu dengan diupayakannya metode pemberian materi melalui game interaktif diharapkan dapat meningkatkan gairah siswa dalam mempelajari dan menghayati materi sebagai wujud tangung jawab keprofesionalannya.
(Kata kunci : sekolah menengah kejuruan, kompetensi cor logam, game interaktif)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar